ISBD : MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kepada Tuhan yang Maha Esa, karna berkat Rahmat dan Karunianya kami bisa
menyelesaikan tugas mata kuliah “Ilmu Sosial Budaya Dasar” dengan pokok pembahasan “Manusia dan
Kebudayaan” tepat waktu.
Dalam penyusan makalah ini, kami
banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kami
mengharapkann Kritik dan Saran untuk kesempurnaan makalah yang berikutnya.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Pematangsiantar, 13 Maret 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia
merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu
kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka kembangankan
dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi kebudayaan.
Indonesia
terkenal dengan keragaman budayanya. Manusia dalam kesehariannya juga tidak akan
lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan
itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan
akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan
dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak
berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan
menggunakan kebudayaan.
Perbedaan
kebudayaan disebabkan karna perbedaan yang dimiliki seperti faktor Lingkungan,
Faktor Alam, Manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menimbulkan
Keberagaman Budaya tersebut. Seiring dengan berkembangnya teknlogi informasi
dan komunikasi yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat dapat memberikan
pengaruh yang positif terhadap kebudayaan masing – masing daerah, karena
kebudayaan merupakan jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain.
Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama
manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat
komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat.
Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk
bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri
khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat
sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan landasan diatas dapat kami rumuskan permasalahan yang
akan kita bahas sebagai berikut:
1. Apakah
pengertian dan Hakekat dari manusia?
2. Apakah
pengertian Kebudayaan?
a) Unsur
unsur yang mempengaruhi kebudayaan.
b) Orientasi
Kebudayaan
3. Bagaimanakah
kaitan manusia dan budaya?
4. Bagaimana
kedudukan manusia dan budaya?
C.Tujuan
1.
Mengerti dan memahami pengertian dan hakekat
dari manusia
2.
Mengerti dan memahami pengertian dari
kebudayaan serta unsur unsur yang mempengaruhi kebudayaan
3.
Agar mengetahui kaitan antara manusia dan
budaya
4.
Agar mengetahui kedudukan manusia dan budaya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
dan Budaya
1. Pengertian Manusia
Manusia Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu”
(Sanskerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir berakal budi atau makhluk yang berakal budi. Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan)
sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari
atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan
pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang membedakan manusia dengan mahluk
lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan
keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Dan juga manusia adalah
ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain.
Adapun hakikat manusia
adalah sebagai berikut :
a.
Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung
jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c.
Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya
dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati .
f.
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang
mengandung kemungkinan baik dan jahat.
g.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama
lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Dengan akal
(ratio) manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya nilai
baik dan buruk, mengharuskan manusia dan mempertimbangkan, menilai dan
berkehendak menciptakan kebenaran, keindahan, kebaikan atau sebaliknya.
Selanjutnya dengan adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian.
Perasaan rohani adalah perasaan
luhur yang hanya terdapat pada manusia misalnya :
1)
Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenan dengan pengetahuan.
2)
Perasaan estetis, yaitu perasaan yang berkenan dengan keindahan
3)
Perasaan etis, yaitu perasaan yang berkenan dengan kebaikan
4)
Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkeknan dengan harga diri karena ada
kelebihan dari yang lain
5)
Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berkenan dengan kelompok atau korp
atau hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain
6)
Perasaan religius, yaitu perasaan yang berkenan dengan agama atau
kepercayaan
7) Mahkluk biokultural, yaitu mahkluk hayati
dan budayawi
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang
senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena
yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan
adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran
dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Kepribadian
Bangsa Timur
Kepribadian
Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan masyarakat yang
menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang menunjukkan
ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah Timur.
Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai
sifat tepo seliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi
bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di
negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan
di negara Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai. Kepribadian
bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam
bergaul maupun dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang
mencerminkan negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya
masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata
dengan lembut dan sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak
boleh dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu
suatu nasihat yang membangun. Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal
tersebut merupakan ciri khas kepribadian yang unik. Bangsa timur juga memiliki
kebudayaan yang masih kental dari negara atau daerah masing-masing. Masih ada
adat-adat atau upacara tertentu yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur.
Misalnya bangsa Indonesia masih banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat
dan tarian khas dari masing-masing daerah. Contohnya daerah Bali yang masih
melaksanakan tarian khas daerahnya yaitu tarian pendet, kecak, tarian barong.
Pengertian Budaya
Budaya = cultuur (bahasa belanda) = culture (bahasa Inggris) =
tsaqofah (bahasa Arab), berasal dari bahasa Latin “Colere” yang artinya
mengolah, mengerjakan menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah
atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala
daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari
bahasa Sansakerta “Buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
atau akal.
Pendapat lain mengatakan, bahwa kata budaya adalah sebagai
perkembangan dari kata budidaya, yang berarti daya dan budi. Maka dari itu
dibedakanlah antara pengertian budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari
budi yang berupa cipta karsa dan rasa, sedangkan budaya merupakan hasil dari
budaya atau hasil cipta, karsa dan rasa.
Alisjahbana
menyebutkan bahwa terdapat 7 (tujuh)penggolongan defenisi kebudayaan, yakni
1.
menekankan
kenyataan, bahwa kebudayaan itu adalah suatu keseluruhan yang kompleks, yang
terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan,kepercayaan, seni,
hukum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan yanglain yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
2.
Kedua,menekankan
sejarah kebudayaan, yang memandang kebudayaan sebagaiwarisan sosial atau
tradisi.
3.
Ketiga,
menekankan segi kebudayaan yang normatif, yakni kebudayaan sebagai cara, aturan
dan jalan hidup manusia. Disini juga ditekankan cita-cita, nilai-nilai dan
kelakukan.
4.
Keempat,pendekatan
secara Psikologi, kebudayaan sebagai penyesuaian manusiakepada sekitarnya.
Dalam hal ini, Summer dan Keller yang menekankanpenyesuaian manusia pada
keadaan dan syarat-syarat hidupnya.Sedangkan Kroeber dan Kluckhohn menekankan
usaha belajar danpembiasaan serta defenisi yang bersifat psikologi murni yang
dirumuskandalam istilah psiko-analisis dan psikologi sosial.
5.
Kelima,
menekankan hal hal yang bersifat struktur yang membicarakan pola-pola dan organisasikebudayaan.
6.
Keenam,
kebudayaan dipahami sebagai hasil perbuatan ataukecerdasan manusia. Grover
merumuskan kebudayaan sebagai hasil pergaulan atau perkumpulan manusia. Dalam
hal ini juga ditekankanpikiran-pikiran dan lambang-lambang.
7.
Ketujuh
merupakan defenisi defenisiyang tidak lengkap dan tidak bersistem.
Alisjahbana maupun
Koentjaraningrat mengakui bahwa banyaksekali defenisi-defenisi
kebudayaan
yang mengacu pada suatu disiplinilmu tertentu, bukan saja antropologi, tetapi
juga sosiologi, filsafat, sejarahmaupun kesusasteraan.
Terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :
1. Wujud
pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama
dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing
anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup.
2. Wujud
sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem
sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi,
berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu
mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini
bersifat nyata atau konkret.
3. Wujud
fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya
manusia dalam masyarakat.
Unsur-unsur
Kebudayaan
Suatu kebudayaan tidak akan pernah ada
tanpa adanya beberapa sistem yang mendukung terbentuknya suatu kebudayaan,
sistem ini kemudian disebut sebagai unsur yang membentuk sebuah budaya, mulai
dari bahasa, pengetahuan, tekhnologi dan lain lain. semua itu adalah faktor
penting yang harus dimiliki oleh setiap kebudayaan untuk menunjukkan eksistensi
mereka.
·
Bahasa : yaitu suatu sistem perlambangan yang secara arbitrel
dibentuk atas unsur – unsur bunyi ucapan manusia yang digunakan sebagai gagasan
sarana interaksi
·
Sistem pengetahuan : yaitu semua hal yang diketahui manusia dalam
suatu kebudayaan mengenai lingkungan alam maupun sosialnya menurut azas – azas
susunan tertentu
·
Organisasi sosial : yaitu keseluruhan sistem yang mengatur semua
aspek kehidupan masyarakat dan merupakan salah satu dari unsur kebudayaan
universal
·
Sistem peralatan hidup dan tekhnologi : yaitu rangkaian konsep
serta aktivitas mengenai pengadaan, pemeliharaan, dan penggunaan sarana hidup
manusia dalam kebudayaannya
·
Sistem mata pencarian hidup : yaitu rangkaian aktivitas masyarakat
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam konteks kebudayaan
·
Kesenian : yaitu suatu sistem keindahan yang didapatkan dari hasil
kebudayaan serta memiliki nilai dan makna yang mendukung eksistensi kebudayaan
tersebut
·
Sistem religi : yaitu rangkaian keyakinan mengenai alam gaib,
aktivitas upacaranya serta sarana yang berfungsi melaksanakan komunikasi
manusia dengan kekuatan alam gaib
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai
berikut :
a.
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4
unsur pokok, yaitu:
·
Alat-Alat Teknologi
·
Sistem Ekonomi
·
Keluarga
·
Kekuasaan Politik
b.
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi :
·
Sistem norma sosial yang
memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan alam sekelilingnya
·
Organisasi ekonomi
·
Alat-alat dan lembaga-lembaga atau
petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
·
Organisasi kekuatan (politik)
Orientasi
Kebudayaan
Marilah kita menyadari, kebudayaan bukanlah
kreasionisme. Kebudayaan melakukan banyak penyimpangan dari desain besar yang
ingin mengendalikannya. Sudah saatnya menganggap selesai perdebatan tentang
orientasi utama dan bentuk terakhir kebudayaan Indonesia. Setiap orang secara
potensial adalah pencipta kebudayaan (NIRWAN
DEWANTO, Senjakala Kebudayaan, Yayasan Bentang Budaya 1996)
Dari pernyataan tersebut di atas, sesungguhnya kita sedang digugah
untuk menyadari bahwa desain besar kebudayaan kita sedang dalam kondisi kritis.
Sebagai contoh, kebudayaan tradisional yang agung (High Culture) telah
terkalahkan oleh budaya modern (Dinamice Culture) yang didukung oleh sains dan
teknologi. Kebudayaan yang mendunia (globalisasi)
sekarang pun terbukti mengalami krisis karena telah gagal mensejahterakan
masyarakat secara umum. Kebudayaan modern, meskipun telah banyak kemajuan di
bidang sains dan teknologi, namun secara ekonomi hanya menguntungkan pihak
tertentu saja, dalam hal ini kapitalislah yang diuntungkan sebagai produsen dan
pemilik sumber kebudayaan modern yang cenderung mempengaruhi dan mengusai
kebudayaan dunia.
Maka menjadi wajar kebudayaan modern melahirkan kebudayaan
destrukrif misalnya berupa demonstrasi, bahkan anarkis menjadi bagian
kebudayaan orang-orang yang merasa dirugikan
Pendidikan Pasar
Paradigma kebudayaan modern telah menjadikan dunia spiritual
termasuk seni dan agama cukup sebagai komoditi yang perlu diperhitungkan dengan
nilai harga jualnya. Pendidikan mahal menjadi keniscayaan karena kebutuhan
sarana dan prasarana menjadi penting, termasuk pula teknologi pendidikan
menjadi ukuran kualitas lembaga pendidikan yang mendunia. Keberhasilan
transformasi ilmu guru kepada murid juga diukur dari penguasaan peralatan
mengajar yang digunakan gurunya.
”Globalisaasi”, Dulu notebook bermakna buku sekarang bermakna
laptop, artinya teknologi telah mampu merubah makna kata dari pemahaman
konsumennya. Pemahaman konsumen ternyata mudah dibentuk oleh produsen atau
bahasa lokal telah dikalahkan oleh bahasa global. Dalam konteks kebudayaan,
bahasa Indonesia telah tercerabut dari akarnya dan selanjutnya image kepada
guru yang tidak menguasai teknologi dianggap ketinggalan, atau mungkin
diragukan kemampuan mengajarnya. Maka sekolah atau lembaga pendidikan harus
mengeluarkan biaya ekstra untuk melatih guru-guru menggunakan teknologi
modern.yang belum tentu bisa, karena tidak memiliki perangkat sendiri yang mahal harganya.
Kebudayaan Alternatif
Namun untuk kembali ke tradisi sudah tidak mungkin lagi, kecuali
mencari pijakan kebudayaan pendidikan baru yang dinamis namun tidak bergantung
pada biaya tinggi. Pembelian produk teknologi yang berkembang cepat dan
menuntut konsumen untuk terus mengikuti, tentu saja berat kecuali Indonesia
menjadi negara produsen teknologi tinggi. Untuk ini kita tidak bisa percaya
pada ramalan para ahli globalisasi.
Di dalam zaman kita ini, kenyataan bukanlah hal yang mudah
ditangkap. Kenyataan adalah fragmentasi dari kebudayaan yang telah
terbelah-belah oleh kekuatan ekonomi (mass culture). Dalam hal ini, selera
pasar menjadi penting untuk diperhitungkan lagi. Kesejahteraan guru haruslah
dilihat sebanding dan sejajar dengan pendapatan selebritis.Tujuan
kebudayaan tak lain untuk kemajuan dan kesejahteraan hidup manusia di mana saja
dan sebagai apa saja. (Surat kepercayaan gelanggang 1960: Kami adalah pewaris
sah kebudayaan dunia)
Wujud
Kebudayaan
Menurut
J.J. Hoenigman (dalam Koentjaraningrat, 1986), wujud kebudayaan dibedakan
menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan
(Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak ; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat . Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka
lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas
(tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi , mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut
pola-pola tertentu yang ber- dasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret ,
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak
(karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling
konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Pada kenyataannya, kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah
kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Berdasarkan wujudnya
tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama, yaitu
kebudayaan material dan kebudayaan non- material. Kebudayaan material mengacu
pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan,
senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang,
seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar
langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak
yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita
rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Perubahan Kebudayaan
Perubahan dirasakan oleh hampir semua
manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat
manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat
perubahan itu setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan
keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan,
seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
Perubahan sosial merupakan bagian dari
perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang
meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan
tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya.
Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial.
Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan
tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan
timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian
masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti
hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup
segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang
bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan
bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi kebudayaan
menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan
setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka
perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut.
Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan
mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara
penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat
memenuhi kebutuhannya.
Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu
kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada
generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena
memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan
tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup
masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru
yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini,
misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara
sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan
kepribadian bangsa. Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi
sehingga budaya lokal mulai dilupakan.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas bangsa. Sebagai
identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun
kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian,
tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian
negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang
akan berpengaruh terhadap perkembangan di negranya.
Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai menghilang
sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan masuknya
budaya-budaya ke dalam budaya kita.Sebagai contoh budaya dalam tata cara
berpakaian.Dulunya dalam budaya kita sangatlah mementingkan tata cara
berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi akibat masuknya budaya luar
mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian yang menbuka aurat
serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat didalam masyarakat
kita.Sebagai contoh lain jenis-jenis makanan yang kita konsumsi juga mulai
terpengaruh budaya luar.Masyarakat sekarang lebih memilih makanan-makanan yang
berasal dari luar seperti KFC,steak,burger, dan lain-lain. Masyarakat
menganggap makanan-makanan tersebut higinis,modern,dan praktis.Tanpa kita
sadari makanan-makanan tersebut juga telah menjadi menu keseharian dalam
kehidupan kita. Hal ini mengakibatkan makin langkanya berbagai jenis makanan
tradisional.Bila hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa anak
cucu kita kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal
dari daerah asal mereka.
Tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana mempertahankan,
melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar
dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama Indonesia. Dan juga
supaya budaya asli negara kita tidak diklaim oleh negara lain.Berikut beberapa
hal yang dapat kita simak dalam rangka melestarikan budaya.
1. Kekuatan
§ Keanekaragaman budaya lokal yang ada di Indonesia
Indonesia memiliki
keanekaragaman budaya lokal yang dapatdijadikan sebagai ke aset yang tidak dapat
disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya lokal yang dimiliki Indonesia
berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya,
seperti rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat
yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh
ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.
§ Kekhasan budaya Indonesia
Kekhasan budaya lokal
yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri. Misalnya
rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang
dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain.
Terbukti banyaknya turis asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia
seperti belajar tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan
untuk dijadikan buah tangan. Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia
memiliki cirri khas yang unik.
§ Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya bangsa
Kesatuan budaya lokal
yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang mewakili identitas negara
Indonesia. Untuk itu, budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi dengan
baik agar budaya bangsa tetap kokoh.
2. Kelemahan
§ Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat
untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang minim. Masyarakat lebih
memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai dengan perkembangan zaman,
tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya
lokal juga dapat di sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak
meningalkan cirri khas dari budaya tersebut.
§ Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan untuk
berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang
dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan
antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.
§ Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran tentang
budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak
menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran
budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya
bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan
zaman.
3. Peluang
§ Indonesia dipandang dunia Internasional karena kekuatan budayanya
Apabila budaya lokal
dapat di jaga dengan baik, Indonesia akan di pandang sebagai negara yang dapat
mempertahankan identitasnya di mata Internasional.
§ Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa persatuan
Usaha masyarakat dalam
mempertahankan budaya lokal agar dapat memperkokoh budaya bangsa, juga dapat
memperkokoh persatuan. Karena adanya saling menghormati antara budaya lokal
sehingga dapat bersatu menjadi budaya bangsa yang kokoh.
§ Kemajuan pariwisata
Budaya lokal Indonesia
sering kali menarik perhatian para turis mancanegara. Ini dapat dijadikan objek
wisata yang akan menghasilkan devisa bagi negara. Akan tetapi hal ini juga
harus diwaspadai karena banyaknya aksi pembajakan budaya yang mungkin terjadi.
§ Multikuturalisme
Dalam artikelnya, Dekan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning, Riau, Dr Junaidi SS MHum,
mengatakan bahwa multikulturalisme meberikan peluang bagi kebangkitan etnik dan
kudaya lokal Indonesia. Dua pilar yang mendukung pemahaman ini adalah
pendidikan budaya dan komunikasi antar budaya.
4. Tantangan
§ Perubahan lingkungan alam dan fisik
Perubahan lingkungan
alam dan fisik menjadi tantangan tersendiri bagi suatu negara untuk
mempertahankan budaya lokalnya. Karena seiring perubahan lingkungan alam dan
fisik, pola piker serta pola hidup masyakrkat juga ikut berubah
§ Kemajuan Teknologi
Meskipun dipandang
banyak memberikan banyak manfaat, kemajuan teknologi ternyata menjadi salah
satu factor yang menyebabkan ditinggalkannya budaya lokal. Misalnya, sistem
sasi (sistem asli masyarakat dalam mengelola sumber daya kelautan/daratan)
dikawasan Maluku dan Irian Jaya. Sistem sasi mengatur tata cara sertamusim
penangkapan iakn di wilayah adatnya, namun hal ini mulai tidak di lupakan oleh
masyarakatnya.
§ Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya asing
menjadi tantangan tersendiri agar budaya lokal tetap terjaga. Dalam hal ini,
peran budaya lokal diperlukan sebagai penyeimbang di tengah perkembangan zaman.
Perubahan budaya dan arus
globalisasi mengakibatkan beberapa budaya tersingkirkan
Perubahan budaya yang
terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat
tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat
homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak
dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia
secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah
menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa
cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan
massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian
terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang
bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll
melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang
bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat
Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui
kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya
di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam
globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti
itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal
kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional
yang perlu dijaga kelestariannya.
Di saat yang lain dengan
teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh
banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang
mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita.
Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang
bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang
demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional
Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam
masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia,
baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual
masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai
akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi
informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang
berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir
dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian
tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus
tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi
komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya
masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional
yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat
disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional
Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu
agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan
contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi.
Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional,
melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat
di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati
begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di sisi lain, ada
beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan
fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri
dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat,
misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca
oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya
memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk
siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau
penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu
beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain
yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu
wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono
dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman
pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi
Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam
minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu
khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap
mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan
mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran
musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula
Kertarajasa, Museum Nasional.
Fungsi budaya
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan
masyarakat. Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
menjalani kehidupannya. Kebutuhan- kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar
dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Karena
kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil
ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.
Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai- nilai sosial yang
sangat perlu untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Karsa
merupakan daya upaya manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan-kekuatan
lain yang ada di dalam masyarakat. Untuk menghadapi kekuatan- kekuatan yang
buruk, manusia terpaksa melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah
yang pada hakikatnya merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia
harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup.
Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat
mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap
kalau akan berhubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
Kebudayaan berfungsi sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
3. Pembimbing kehidupan manusia
4. Pembeda antar manusia dan binatang
Kebudayaan mengatur supaya manusia dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak, berbuat menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan
dengan orang lain. Setiap orang bagaimanapun hidupnya, akan selalu menciptakan
kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan (habit) merupakan suatu perilaku
pribadi yang berarti kebiasaan orang seorang itu berbeda dari kebiasaan orang
lain, walaupun mereka hidup dalam satu rumah. Kebiasaan menunjuk pada suatu
gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya
B. Kaitan Manusia Dan Budaya
Hubungan
Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat
berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia inimemegang peranan yang unik,
dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan
makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap
kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk yang
selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan lain
sebagainya.
Contoh
Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah :
manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang
dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal,
maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu
kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setelah
kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak bahwa keduanya akhimya merupakan satu
kesatuan.
Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan
antara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. Pada saat
awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka
manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari
kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu
sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang
dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat
adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam
terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena
itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi
sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul
manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan
pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih
cermat.
Pengertian
Dialektis
Dialektika disini berasal dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada
pendapat dilontarkan ke hadapan publik. Kemudian muncul tentangan terhadap
pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling bertentangan ini didamaikan dengan
sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari fenomen dialog ini dapat dilihat tiga
tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai
pendapat awal tersebut. Antitesis yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan
Sintesis merupakan pendamaian dari keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam
sintesis ini terjadi peniadaan dan pembatalan baik itu tesis dan antitesis.
Keduanya menjadi tidak berlaku lagi. Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut
disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam
tesis dan antitesis masih dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini
disebut sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik dari dialektika Hegel yakni
tesis-antitesis-sintesis berangkat dari pemikir-pemikir sebelum Hegel. Antinomi
Kantian akan numena dan fenomena menimbulkan oposisi yang tidak
terselesaikan[1]. Kemudian Fichte dengan metode ”Teori Pengetahuan”-nya tetap
memunculkan pertentangan walaupun sudah melampaui sedikit apa yang dijabarkan
oleh Kant.
Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi
Fichte, seluruh isi dunia adalah sama dengan isi kesadaran. Seluruh dunia itu
diturunkan dari suatu asas yang tertinggi dengan cara sebagai berikut: ”Aku”
meng-ia-kan dirinya (tesis), yang mengakibatkan adanya ”non-Aku” yang
menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah antitesis. Kemudian sintesisnya adalah
keduanya tidak lagi saling mengucilkan, artinya: kebenaran keduanya itu
dibatasi, atau berlakunya keduanya itu dibatasi. ”Aku” menempatkan ”non-Aku
yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan ”Aku yang dapat dibagi-bagi”.
Dalam sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel
memperdalam pengertian sintesis. Di dalam sintesis baik tesis maupun
antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan Fichte), melainkan aufgehoben. Kata
Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat,
menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang
lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi,
dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang
saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam dirinya unsur positif dan
negatif. Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini lebih besar. Sebaliknya,
antitesis memiliki unsur negatif yang lebih besar. Dalam sintesislah kedua
unsur yang dimiliki tesis dan antitesis disatukan menjadi sebuah kesatuan yang
lebih tinggi.
Dialektika juga dimaksudkan sebagai cara berpikir untuk memperoleh
penyatuan (sintesis) dari dua hal yang saling bertentangan (tesis versus
antitesis). Dengan term aufgehoben, konsep ”ada” (tesis) dan konsep ”tidak ada”
(antitesis) mendapatkan bentuk penyatuannya dalam konsep ”menjadi”
(sintesis)[2]. Di dalam konsep ”menjadi”, terdapat konsep ”ada” dan ”tidak ada”
sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada” dinyatakan batal atau ditiadakan.
Dialektika menjadi sebuah perkembangan Yang Absolut untuk bertemu
dengan dirinya sendiri. Ide yang Absolut merupakan hasil perkembangan.
Konsep-konsep dan ide-ide bukanlah bayangan yang kaku melainkan mengalir.
Metode dialektika menjadi sebuah gerak untuk menciptakan kebaruan dan
perlawanan. Dengan tiga tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis setiap
ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah menjadi lawannya (antitesis).
Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat yang lebih tinggi dan
menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian menjadi tesis yang
menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak yang dinamis ini
sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari gejala-gejala. Itulah Yang
Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur pertentangan (antitesis) tidak muncul setelah
kita merefleksikannya tetapi pertentangan tersebut sudah ada dalam perkara itu
sendiri. Tiap tesis sudah memuat antitesis di dalamnya. Antitesis terdapat di
dalam tesis itu sendiri karena keduanya merupakan ide yang berhubungan dengan
hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat dan ditiadakan (aufgehoben) dalam
sintesis.
Kenyataan
menjadi dua unsur bertentangan namun muncul serentak. Hal ini tidak dapat
diterima oleh Verstandyang bekerja berdasakan skema-skema yang ada dalam
menangani hal-hal yang khusus. Vernunft-lah yang dapat memahami hal ini.
Vernunft melihat realitas dalam totalitasnya dan sanggup membuat sintesis dari
hal-hal yang bertentangan.
Secara umum dapat kita lihat bahwa dialektika Hegel memiliki tiga aspek
yang perlu diperhatikan :
·
Pertama, sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau triadik.
·
Kedua, dialektika ini bersifat ontologis sebagai sebuah konsep.
Aplikasinya adalah terhadap benda dan benduk dari ada dan tidak sebatas pada
konsep.
·
Ketiga, dialektika Hegel memiliki tujuan akhir (telos) di dalam
konsep abstrak yang disebut Hegel sebagai Idea atau Idea Absolut dan konkretnya
pada Roh Absolut atau Roh (Spirit, Geist).
Terdapat
tiga elemen esensial akan dialektika Hegel.
·
Pertama, berpikir itu memikirkan dalam dirinya untuk dan oleh
dirinya sendiri.
·
Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir terus menerus akan
kontradiksi.
·
Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi tersublimasi di dalam
kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu sendiri.
3
tahap proses dialektis
Proses
dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
·
Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya
dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan
buatan manusia
·
Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas
obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan
dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan
mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
·
Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh
manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar
dia dapat hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk
oleh masyarakat.
C. Kedudukan Manusia dan Budaya
Manusia
dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir
semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia
mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai:
·
penganut kebudayaan
·
pembawa kebudayaan
·
manipulator kebudayaan, dan
·
pencipta kebudayaan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara
sederhana hubungan manusia dan kebudayaan adalah sebagai perilaku
kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Dalam ilmu
sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal yang berarti
walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur
kehidupan manusia yang sesuai dengannya.
B. Saran
Manusia hidup karena adanya kebudayaan,
sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau
melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya.
Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak
berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan
menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak
kebudayaan.
Maka
dari itu, sebagai manusia yang berbudaya kita harusnya mampu untuk terus dan
tetap berbudaya sebagaimana hakikat kita sebagai manusia.
Comments
Post a Comment