Audit = Audit Terhadap Siklus Pendanaan
Kelompok II :
- Kiki Mailan Riski (13402428)
- Eliza Arshandy (13402295)
- Silvia (13402388)
- Peliani Gulo (13402261)
- Hendra Dharma (11401609)
S1 Akuntansi - A (Sore)
AUDIT TERHADAP SIKLUS PENDANAAN
1.
Siklus
Pendanaan
a.
Pengertian
Siklus
pendanaan adalah siklus transaksi yang berhubungan dengan kegiatan pendanaan,
baik dalam bentuk utang jangka pajang maupun dalam bentuk penerbitan saham.
b.
Transaksi
dan akun
Transaksi siklus
pendanaan mencakup:
1)
Transaksi utang jangka
panjang ke bank atau lembaga keuangan lain, serta penggunaan aset tetap sebagai
jaminan utang.
2)
Transaksi angsuran
periodik dan pembayaran bunga utang jangka panjang.
3)
Transaksi penyesuaian beban/utang bunga pada akhir
periode akuntansi.
4)
Transaksi pelunasan
utang jangka panjang.
5)
Transaksi utang
leasing.
6)
Transaksi angsuran
periodik utang leasing.
7)
Transaksi penyesuaian beban/utang bunga atas utang
leasing pada akhir periode akuntansi.
8)
Transaksi utang
obligasi, dijual dengan
premium atau dengan
diskonto.
9)
Transaksi pembayaran
bunga obligasi dan amortisasi premium atau diskonto obligasi.
10) Transaksi
penyesuaian beban/utang
bunga obligasi pada akhir periode akuntansi.
11) Transaksi
pelunasan utang obligasi.
12) Transaksi
penjualan saham preferen dan saham biasa SECARA TUNAI, dengan diskonto (disagio
saham) atau dengan premium (agio saham).
13) Transaksi
penjualan saham biasa SECARA ANGSURAN (Subscription Stock).
14) Transaksi
penarikan kembali saham sebagai SAHAM TREASURY, baik dicatat dengan metode kos
maupun dengan metode nilai nominal.
15) Transaksi
penjualan kembali saham treasury.
c.
Akun-akun
dalam siklus
pendanaan:
Akun-akun
dalam siklus
pendanaan dapat dilihat di ilustrasi 4.1., yaitu akun-akun dengan saldo xxxx:
Ilustrasi 7.1.
Laporan Posisi Keuangan
Aset
Lancar
|
Utang
Lancar
|
||
·
Piutang Pesanan Saham
|
xxxx
|
·
Utang Bunga
|
xxxx
|
Investasi
Jangka Panjang
|
·
Utang Dividen
|
xxxx
|
|
Aset
Tetap
|
Utang
Jangka Panjang
|
||
Aset
Tidak Berwujud
|
·
Utang Janka Panjang -
Bank
|
xxxx
|
|
Aset
Lain-lain
|
·
Utang Leasing
|
xxxx
|
|
·
Utang Obligasi
|
xxxx
|
||
·
Premium/Diskonto
Utang Obligasi
|
xxxx
|
||
Modal
Saham
|
|||
·
Modal Saham Dipesan
|
xxxx
|
||
·
Modal Saham Preferen
|
xxxx
|
||
·
Agio Saham Preferen
|
xxxx
|
||
·
Modal Saham Biasa
|
xxxx
|
||
·
Agio Saham Biasa
|
xxxx
|
||
·
Saham Treasury
|
xxxx
|
||
·
Agio Saham Treasury
|
xxxx
|
||
·
Laba Yang Ditahan
|
xxxx
|
Laporan Laba Rugi
Beban Bunga (Utang Jangka Panjang)............................................... xxxx
2.
Tujuan
Audit Siklus Pendanaan
Tujuan
audit siklus pendanaan adalah menguji kebenaran dan kewajaran asersi
manajemen tentang transaksi
pendanaan. Asersi
manajemen adalah pernyataan manajemen dalam bentuk saldo akun dalam laporan
keuangan. Kriteria kebenaran dan kewajaran asersi
pendanaan adalah:
1.
Asersi sesuai dengan
bukti pendukung, yaitu bukti transaksi dan bukti pembukuan tentang transaksi pendanaan.
2.
Asersi sesuai dengan
fakta transaksi pendanaan, dalam arti asersi sesuai dengan kenyataan dan kondisi objektif transaksi pendanaan,
tanpa ada rekayasa atau penyembunyian fakta.
3.
Asersi diungkapkan
secara penuh (fully disclose), yaitu dijelaskan
secara penuh dalam hal saldo akun dipandang memerlukan penjelasan tambahan agar tidak menyesatkan pengguna informasi.
4.
Asersi sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan berbagai ketentuan yang berlaku.
Untuk menjamin efektifitas pencapaian tujuan audit,
dalam
melaksanakan tugas audit auditor perlu menggunakan rerangka kerja yang baik,
misalnya menggunakan rerangka kerja (framework)
yang dikembangkan oleh PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board), yang terdiri dari:
1.
Eskistensi
atau terjadinya,
yaitu memastikan bahwa seluruh saldo akun transaksi pendanaan per tanggal
neraca adalah benar-benar ada, dan transaksi yang mempengaruhi saldo akun
adalah benar-benar terjadi serta didukung dengan bukti-bukti yang valid.
Pengujian bisa dilakukan melalui prosedur vouching
secara sampling dari bukti pembukuan ke bukti transaksi, serta melakukan prosedur
inspeksi atau pemeriksaan terhadap validitas bukti-bukti transaksi yang
mendukungnya.
2.
Kelengkapan, yaitu memastikan bahwa seluruh transaksi yang mempengaruhi
akun-akun pendanaan dilaporkan secara lengkap, misalnya dengan melakukan tracing secara sampling dari bukti
transaksi ke bukti pembukuan.
3.
Hak
dan Kewajiban,
yaitu memastikan bahwa seluruh saldo akun yang berhubungan dengan transaksi
pendanaan adalah benar-benar kewajiban perusahaan per tanggal neraca, misalnya
dengan cara melakukan pengujian terhadap ketepatan pisah batas (cut-off) pencatatan transaksi.
4.
Penilaiaan
atau alokasi,
yaitu memastikan bahwa saldo akun yang berhubungan dengan transaksi pendanaan
diukur dan diklasifikasi dengan tepat sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku, misalnya dengan cara menguji ketepatan perhitungan nilai transaksi
serta menguji ketepatan pendebitan dan pengkreditan transaksi.
5.
Penyajian
dan pengungkapan,
yaitu memastikan bahwa seluruh saldo akun transaksi pendanaan disajikan dan
diungkap secara penuh sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku,
misalnya dengan cara memeriksa ketepatan penyajian utang jangka panjang serta
beban bunga atas utang jangka panjang, memeriksa kecukupan pengungkapan atas
berbagai ketentuan tentang utang jangka panjang, serta pengungkapan atas
aset-aset yang terikat dengan utang jangka panjang.
3.
Potensi
Kesalahan
Sebagaimana audit pada siklus transaksi yang lain,
audit siklus pendanaan diperlukan karena adanya potensi kesalahan pelaporan,
baik kesalahan tersebut bersifat tidak disengaja (error) maupun bersifat disengaja
(fraud/irregularity).
Potensi kesalahan dalam siklus pendanaan antara lain
adalah:
1.
Kesalahan pelaporan saldo akun transaksi pendanaan
(lihat akun akun pada ilustrasi 7.1.), misalnya karena kesalahan pisah batas transaksi atau sengaja tidak melaporkan
utang jangka panjang secara lengkap karena pertimbangan tertentu.
2.
Uang
hasil pendanaan tidak digunakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
3.
Penyalahgunaan
dana pelunasan pinjaman oleh oknum staf perusahaan.
4.
Kesalahan
pencatatan pelunasan pinjaman, misalnya kesalahan klasifikasi unsur pelunasan
pokok pinjaman dan pelunasan bunga pinjaman.
5.
Kesalahan
pencatatan utang leasing karena
kesalahan klasifikasi antara leasing operasional (operating lease) dan leasing pendanaan (financing lease).
6.
Kesalahan
pencatatan penyesuaian utang bunga pada akhir periode akuntansi.
7.
Kesalahan
pencatatan beban bunga, misalnya karena tidak memperhitungkan amortisasi premium atau diskonto utang
obligasi.
8.
Kesalahan
pencatatan konversi utang obligasi dengan saham.
9.
Kesalahan
pencatatan transaksi penjualan saham dengan pola pesanan (subscription stock), terutama pada saat pemesan saham gagal
melunasi kekurangan pembayaran saham.
10.
Kesalahan
pencatatan pengumuman dan pembayaran dividen, misalnya dalam kasus dividen
saham atau dividen likuidasi.
11.
Kesalahan
pencatatan saham treasury dan penjualan kembali saham treasury.
Tinggi rendahnya potensi kesalahan (potensi salah saji)
dipengaruhi oleh kecukupan dan efektifitas SPI (Sistem Pengendalian Internal) pada
masing-masing transaksi pendanaan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan
efektifitas serta efisiensi proses audit, standar audit
mensyaratkan auditor
untuk memahami serta menguji SPI pada masing-masing transaksi, misalnya dengan
mengevaluasi SOP (Standar Operasional dan Prosedur) serta peralatan (teknologi)
yang digunakan untuk mendukung ketepatan pencatatan transaksi, dan
juga kompetensi serta
integritas pelaksana transaksi.
4.
Sistem Pengendalian Internal (SPI)
Sebagaimana audit untuk siklus transaksi yang lain,
untuk menjamin efektifitas dan efisiensi proses audit, auditor perlu memahami
dan menguji SPI untuk transaksi pendanaan, baik untuk transaksi utang jangka
panjang maupun untuk transaksi saham.
Unsur-unsur SPI yang perlu difahami dan diuji mencakup
unsur-unsur yang ada dalam framework SPI COSO
(Committee of Sponsoring
Organizations), yaitu: (1) lingkungan pengendalian, (2) asesmen risiko, (3)
aktivitas pengendalian, (4) sistem informasi dan komunikasi, dan (5)
monitoring. Auditor perlu memahami keberadaan masing-masing unsur pengendalian
tersebut melalui evaluasi bukti-bukti dokumenter serta kebijakan dan prosedur
yang berlaku dalam pelaksanaan masing-masing jenis transaksi.
Secara ringkas, unsur-unsur SPI mencakup beberapa hal
sebagai berikut:
1.
Perencanaan,
misalnya perencanaan atas pendanaan proyek pengembangan bisnis.
2.
Anggaran,
misalnya anggaran atas pendanaan dan alokasi dana proyek pengembangan bisnis.
3.
Otorisasi,
misalnya penetapan SOP (Standar Operasional dan Prosedur) untuk pendanaan,
penggunaan dana, pertanggungjawaban penggunaan dana, dan evaluasi efektifitas
penggunaan dana.
4.
Dokumen
transaksi, adalah standar dokumen transaksi untuk transaksi pendanaan dan
penggunaan dana.
5.
Dokumen
pembukuan, adalah standar pencatatan dan pelaporan untuk pendanaan dan
penggunaan dana.
6.
Teknologi
informasi, adalah program aplikasi untuk proses dokumentasi, pengolahan data,
dan pelaporan transaksi pendanaan dan penggunaan dana.
7.
Pengecekkan
independen, adalah sistem untuk deteksi dini ketidaktepatan perenanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan aktifitas pendanaan.
8.
SDM
yang kompeten, adalah dukungan SDM yang menguasai kompetensi untuk melaksanaan
tugas-tugas menjadi tanggungjawabnya.
9.
Monitoring,
adalah pemantauan terhadap kecukupan dan efektifitas desain SPI.
a.
Fungsi-fungsi Transaksi
Salah satu unsur SPI adalah pemisahan fungsi transaksi
(segregation of duties), dengan
tujuan: (1) meningkatkan efektifitas serta kualitas pelaksanaan kegiatan, (2)
mencegah potensi penyalahgunaan wewenang dan tanggungjawab. Kebijakan pemisahan
fungsi transaksi bisa berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang
lain. Unsur pemanfaatan TI bisa menjadi salah satu penyebab perbedaan, misalnya
dengan TI beberapa fungsi bisa disatukan karena pelaksanaan pengendalian
dilakukan melalui TI.
Secara umum, fungsi-fungsi yang perlu dipisah adalah
(1) fungsi otorisasi, (2) fungsi pembukuan, (3) fungsi penyimpanan.
Fungsi-fungsi transaksi dalam siklus pendanaan mencakup:
1.
Fungsi
otorisasi utang jangka panjang, utang obligasi, dan modal saham.
2.
Fungsi
pelaksana teknis pendanaan, mencakup: utang jangka panjang, penerbitan utang
obligasi, penerbitan saham, pelunasan obligasi, dan penarikan kembali saham.
3.
Fungsi
penerimaan kas atas hasil pendanaan serta fungsi pengeluaran kas untuk biaya
pendanaan dan pelunasan pendanaan.
4.
Fungsi
pembukuan transaksi pendanaan.
b.
Bukti-bukti transaksi:
Bukti-bukti transaksi dapat berupa bukti manual atau
bukti elektronik, yang mencakup:
1.
Dokumen
rencana pendanaan.
2.
Dokumen
anggaran penerimaan dan penggunaan hasil pendanaan.
3.
Memo
otorisasi pendanaan: otorisasi utang jangka panjang, otorisasi penerbitan utang
obligasi, dan otorisasi penerbitan modal saham.
4.
Dokumen
penjaminan pendanaan.
5.
Bukti
penerimaan kas atas hasil pendanaan.
6.
Dokumen
keputusan penarikan kembali saham dan penjualan kembali saham yang telah
ditarik (saham treasury).
7.
Memo
otorisasi penarikan kembali saham.
8.
Bukti
pengeluaran kas untuk biaya pendanaan (bunga dan dividen), pelunasan utang
jangka panjang, pelunasan utang obligasi, dan penarikan kembali saham.
9.
Memo
penyesuaian beban bunga pada akhir periode akuntansi.
c.
Dokumen Pembukuan
Dokumen pembukuan dapat berupa dokumen manual dan
dapat berupa dokumen elektronik.
1.
Jurnal
penerimaan kas (untuk penerimaan kas atas hasil pendanaan)
2.
Jurnal
pengeluran kas (untuk pengeluaran kas yang berhubungan dengan pendanaan)
3.
Jurnal
umum (untuk penyesuaian bunga dan pengumuman dividen)
4.
Buku
pembantu untuk masing-masing kategori akun pendanaan.
5.
Buku
besar (ringkasan buku pembantu).
6.
Laporan
periodik status akun pendanaan.
d.
Pemahaman dan Pengujian SPI
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
audit, auditor perlu memahami dan menguji SPI untuk masing-masing objek audit. Hasil
pemahaman dan pengujian SPI harus didokumentasikan secara sistematis dan
lengkap, baik dalam bentuk narasi, daftar pertanyaan, maupun dalam bentuk bagan
alir. Pengujian SPI diperlukan karena antara standar SPI dengan pelaksanaan SPI
bisa terjadi perbedaan. Tujuan pehaman dan pengujian SPI adalah untuk membuat
asesmen tingkat potensi kesalahan, baik yang bersifat tidak disengaja (error)
maupun yang bersifat disengaja (erregularity). Asesmen tingkat potensi salah
saji digunakan untuk menentukan sifat, saat, dan luas pengujian substantif.
5.
Materialitas Salah Saji
Materialitas salah saji adalah ukuran tentang
materialitas temuan kesalahan dalam audit asersi manajemen. Suatu kesalahan
dikatakan material jika kesalahan tersebut mengganggu keyakinan auditor tentang
kewajaran asersi manajemen yang sedang diaudit, atau diprakirakan akan
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pengguna laporan keuangan.
Hasil asesmen kualitas SPI serta potensi salah saji
digunakan sebagai dasar penentuan materialitas salah saji, sehingga ukuran
materialitas salah saji bisa berbeda antara satu asersi dengan asersi yang
lain, dan juga antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain.
Ukuran materialitas salah saji ditentukan berdasarkan
pertimbangan profesional auditor, dengan mengacu pada hasil pemahaman dan
pengujian SPI untuk asersi manajemen yang diaudit. Pertimbangan profesional
adalah pertimbangan yang didasarkan pada keluasan pengalaman, tingkat
pelatihan, dan pendidikan auditor. Pertimbangan profesional tidak bisa
diajarkan, tetapi harus dikembangkan sendiri oleh masing-masing auditor.
Sikap Auditor Terhadap Temuan Salah Saji
1.
Jika
temuan kesalahan dipandang tidak material, auditor membuat usulan jurnal
penyesuaian atau usulan tambahan pengungkapan, tergantung pada bentuk
kesalahannya, dan asersi yang diaudit dianggap wajar.
2.
Jika
temuan kesalahan dipandang material, auditor melakukan pengujian tambahan untuk
meyakinkan kewajaran asersi yang diaudit. Jika dari hasil pengujian tambahan
tetap tidak diperoleh keyakinan tentang kewajaran asersi yang diaudit, maka
asersi yang diaudit dikecualikan dari pendapat auditor.
6.
Pengujian Substantif
Pengujian subtantif adalah pengujian atas kewajaran
asersi manajemen dalam laporan keuangan. Sifat, saat, dan luas pengujian
substantif tergantung pada potensi salah saji asersi, berdasarkan hasil
pemahaman dan pengujian SPI yang telah dibahas pada topik sebelumnya.
Sistematika Prosedur Pengujian Subtantif
1.
Prosedur
awal
2.
Prosedur
pengujian analitis
3.
Prosedur
pengujian transaksi
4.
Prosedur
pengujian saldo akun
5.
Prosedur
pengujian estimasi akuntansi
6.
Prosedur
pengujian penyajian dan pengungkapan
Pelaksanaan audit pada masing-masing prosedur tersebut di atas kurang
lebih adalah sebagai berikut:
1.
Prosedur
awal, adalah prosedur persiapan pengujian substantif, mencakup serangkaian
prosedur sebagai berikut:
a.
Memahami
industri dan bisnis, untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang
karakteristik transaksi pendanaan, volume transaksi pendanaan, serta risiko
transaksi pendanaan, pada level industri dan pada level perusahaan yang sedang
diaudit. Pemahaman industri dan bisnis bisa diperoleh melalui pengalaman audit auditor, atau melalui sumber-sumber
lain yang terpercaya.
b.
Meminta
bukti-bukti transaksi dan bukti-bukti pembukuan yang berhubungan dengan
transaksi siklus pendanaan.
c.
Mencocokkan saldo alwal akun-akun riil pendanaan (akun-akun yang
dilaporkan dalam neraca) dengan saldo per audit tahun sebelumnya.
d.
Melalukan
reviu terhadap mutasi akun-akun pendanaan yang bersifat tidak lazim, baik dari
sisi jumlah maupun sumber transaksi.
e.
Membuat catatan tentang mutasi-mutasi yang bersifat tidak lazim untuk
dijadikan sebagai fokus audit pada tahap pengujian berikutnya.
f.
Meneliti
ketepatan perkalian dan penjumlahan yang dilakukan secara manual, yang
berpotensi terjadi kesalahan.
2.
Prosedur
pengujian analitis
1)
Prosedur
analitis ditujukan untuk menguji kewajaran saldo akun transaksi pendanaan
(utang jangka
panjang, utang obligasi, saham, dan berbagai biaya yang menyertainya). Asersi
manajemen yang diuji mencakup asersi eksistensi dan asersi kelengkapan. Jika
saldo akun tidak ada atau tidak lengkap, maka saldo akun secara umum akan menyimpang
dari angka pembanding secara signifikan.
2)
Prosedur
analitis dilakukan dengan cara membandingkan saldo akun-akun siklus pendanaan
dengan angka pembanding, misalnya angka rata-rata industri, angka anggaran,
angka periode sebelumnya, serta angka-angka lain yang relevan dengan perubahan
saldo akun pendanaan, misalnya kenaikan atau penurunan beban bunga pinjaman
dengan kenaikan atau penurunan saldo utang jangka panjang, dan seterusnya.
3)
Jika
saldo akun setara dengan angka pembanding yang relevan serta sebanding, dapat
dibuat kesimpulan sementara bahwa saldo akun adalah benar atau wajar, serta ada
dan lengkap. Jika kesimpulan auditor dari hasil pengujian analitis ternyata
salah, sepanjang prosedur analitis telah dilaksanakan dengan penuh kecermatan
dan kehati-hatian professional, maka kesalahan tersebut dinamakan dengan risiko
analitis.
3.
Prosedur
pengujian transaksi
1)
Prosedur
pengujian transaksi ditujukan menguji kesesuaian asersi transaksi pendanaan dengan
bukti pendukungnya, ketepatan pembukuan transaksi pendanaan, dan juga
kelengkapan pelaporan transaksi pendanaan. Asersi yang diuji mencakup
terjadinya transaksi, kelengkapan pelaporan, serta hak dan kewajiban.
2)
Prosedur
pengujian transaksi mencakup:
1. Tracing dari bukti transaksi ke bukti
pembukuan secara sampling, baik untuk debit akun maupun kredit akun.
2. Vouching dari bukti pembukuan ke bukti
transaksi secara sampling, baik untuk debit akun maupun kredit akun.
3. Pengujian
pisah batas (cut-off) transaksi secara sampling, terutama untuk beban bunga
pinjaman serta pengumuman dan pembagian dividen, untuk memastikan ketepatan
tanggal atau periode pengakuan transaksi, atau ketepatan pengakuan hak atau
kewajiban atas transaksi. Perlu disadari bahwa pencatatan transaksi selalu berhubungan
dengan pengakuan atas hak dan kewajiban, yaitu hak atas aset dan pendapatan
serta kewajiban atas utang dan beban,
4. Inspeksi
terhadap bukti transaksi, untuk menguji eksistensi serta validitas transaksi,
mengingat terdapat kemungkinan bukti yang ada adalah tidak valid, misalnya
adanya bukti palsu atau bukti asli tapi dipalsukan.
5. Pemeriksaan
terhadap ketepatan perhitungan beban bunga, amortisasi premium/diskonto utang
obligasi.
4.
Prosedur
pengujian saldo akun
Prosedur pengujian saldo akun ditujuan untuk menguji
eksistensi saldo akun. Pengujian dilakukan dengan cara:
1)
Mengkonfirmasi
transaksi pendanaan dengan para pihak pemberi dana.
2)
Melakukan
inspeksi terhadap dokumen-dokumen kontrak pendanaan, misalnya dokumen kontrak
utang dengan bank, dokumen penerbitan surat utang obligasi, dokumen penerbitan
saham, serta dokumen-dokumen lain yang relevan.
3)
Prosedur
pengujian estimasi akuntansi
Prosedur pengujian estimasi akuntansi ditujukan untuk
menguji ketepatan perhitungan, pengukuran, dan pelaporan berbagai transaksi
yang berhubungan dengan transaksi pendanaan, misalnya:
1)
Ketepatan
perhitungan dan pengakuan beban bunga serta utang bunga.
2)
Ketepatan
penentuan kriteria leasing oprasional dan leasing pendanaan.
3)
Ketepatan
pelaporan nilai buku utang jangka panjang, misalnya nilai buku utang bank dan
utang obligasi.
5.
Prosedur
pengujian penyajian dan pengungkapan
Prosedur pengujian penyajian dan pengungkapan,
ditujukan untuk menguji ketepatan pelaporan utang jangka panjang dan kecukupan
pengungkapannya, misanya:
1)
Menguji
ketepatan klasifikasi utang jangka panjang yang akan segera jatuh tempo, yang
harus dilaporkan sebagai bagian dari pos utang lancar.
2)
Mereview kecukupan pengungkapan atas aset-aset yang digunakan
sebagai jaminan utang jangka panjang.
3)
Mereview kecukupan pengungkapan muatan kontrak-kontrak
pendanaan yang menjadi tanggungjawab manajemen, yang jika tidak dipenuhi dengan
baik akan membawa konsekuensi hukum yang tidak ringan.
Pola Pengujian Transaksi dalam siklus Pembelanjaan
Materialitas resiko dan
strategi audit terhadap siklus pendanaan
Dalam
pembahasan risiko audit beserta penyusunan strategi pengauditan, auditor harus
mempertimbangkan karakterisasi dan ruang lingkup bisnis klien masing-masing.
Hampir semua perusahaan besar, struktur utang jangka panjang mempunyai
kedudukan yang dominan. Hal ini disebabkan pendanaan perusahaan besar berasal
dari berbagai pihak termasuk masyarakat banyak. Kemampuan menghimpun dana
sedemikian besar disebabkan kepercayaan masyarakat yang tinggi pada perusahaan
besar sehingga dana yang di tempatkan dirasakan aman.
Risiko terhadap kemungkinan kesalahan
penanganan dan pencatatan transaksi siklus pendanaan biasanya rendah. Dalam
beberapa kasus, aspek operasional yang mungkin menimbulkan permasalahan adalah
pembayaran bunga obligasi dan pembayaran deviden (kadangkala ditangani oleh
pihak luar, antar lain bank, pialang, pedagang effek).
Berbagai kemungkinan hubungan antara
materialitas, resiko audit dan bukti audit digambarkan sebagai berikut:
1. Jika
auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika
auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, resiko audit menjadi meningkat.
3. Jika
auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara seperti:
Ø Menambah
tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
Ø Menambah
jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.
Ø Menambah
sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingka materialitas secara
bersama-sama.
Strategi
audit awal
Unsur
strategi audit awal, dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu
asersi, audit menetapkan empat unsur berikut ini yaitu:
1. Tingkat
resiko pengendalian taksiran yang direncanakan
2. Luasnya
pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.
3. Pengujian
pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir resiko pengendalian
4. Tingkat
pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi resiko audit ke tingkat
yang cukup rendah.
Ada
2 strategi audit yaitu:
1. Pendekatan
terutama substantif, yaitu auditor merencanakan taksiran resiko pengendalian
pada tingkat maksimum atau mendekati maksimum, auditor merencanakan prosedur
yang kurang ekstensif untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern,
auditor merencanakan sedikit jika ada pengujian pengeendalian, dan auditor
merencankan akan melakukan pengujian substantif secara luas.
2. Pendekatan
resiko pengendalian rendah, yaitu auditor merencanakan taksiran resiko
pengendalian pada tingkat rendah, memperoleh pemahaman atas pengendalian
intern, merencanakan pengendalian secara luas, dan membatasi penggunaan
pengujian substantif.
Surat
berharga sebagai investasi jangka pendek mungkin material untuk kemampuan
membayar jangka pendek tetapi pendapatan atas investasi itu jarang signifikan
dengan hasil operasi perusahaan. Resiko slah saji pada transaksi penanaman
investasi pada umunya rendah karena transaksi ini merupakan transaksi yang
terjadi. Strategi audit tergantung frekuensi transaksi penanaman investasi,
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Bila frekuensinya rendah, maka
auditor akan menghemat biaya bila memakai primaliry substantif approach atau
pendekatan pengutamaan pengujian substantif. Pengeluaran surat berharga,
obligasi maupun penjualan saham perusahaan pada umumnya dilakukan dalam jumlah
nilai rupiah yang besar.
1.
Audit
Substansi Terhadap Saldo Utang Jangka Panjang
Utang
jangka panjang diikat dengan perjanjian khusus, yang biasanya diketahui oleh
rapat direksi dan dewan komisaris perusahaan. Sumber transaksi utang jangka
panjang berasal dari :
·
Pinjaman dari lembaga
keuangan ( bank maupun nonbank )
·
Pinjaman dari
masyarakat yang diperoleh melalui pasar modal
Pinjaman
dari lembaga keuangan diperolah dengan jalan :
·
Pinjaman berjangka
dengan ketentuan kredit yang disepakati antara debitur dan kreditur
·
Pinjaman hipotik
Bentuk
pinjaman dari lembaga keuangan bank akan berbeda dengan pinjaman lagi lembaga
keuangan non bank. Hal ini mengingat segmentasi pasar LKB dan LKNB sangat
berbeda. Pinjaman hipotik (LKNB) adalah pinjaman yang disertai jaminan atas
suatu aktiva tetap yang dibelanjai dari dana pihak kreditur. Selain itu dapat
pula berupa kontrak leases antara perusahaan dengan lembaga leasing
Hutang jangka panjang kepada
masyarakat ini dapat berbentuk:
1. Convertible Bond, yaitu obligasi yang dijanjikan dapat ditukar
dengan saham perusahaan
2. Serial
Bond, yaitu obligasi yang dikeluarkan secara berseri
3. Regular
Bond, yaitu obligasi biasa yang tidak dilekati dengan keistimewaan dalam
pengeluaran obligasinya
a.
Masalah
khusus dalam audit utang jangka panjang
Utang
jangka panjang dari pihak bank. Sifat bank dalam memberikan pinjaman kepada
perusahaan adalah menekankan pada pengembalian melalui angsuran yang pasti dan
bunga bank yang telah disepakati bersama. Disamping itu pihak bank
mengingiknkan adanya jaminan apabila terjadi pengingkaran dari klien. Oleh
karena itu pinjaman semacam ini pasti disertai akta perjanjian dan pengikatan
sejumlah aktiva sebagai jaminan pinjaman tersebut. Mengingat pinjaman semacam
ini dalam jumlah besar dan berlaku dalam kurun waktu yang lama, maka otorisasi
pinjaman tersebut berada ditangan komisaris. Bahkan untuk perusahaan tertentu,
pinjaman jangka panjang harus di setujui oleh rapat pemegang saham, sesuai
dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan.
b.
Program
audit terhadap utang jangka panjang
Dalam
rangka audit utang jangka panjang, maka auditor harus menyusun program audit
sbb :
·
Lakukan verifikasi
terhadap kecermatan saldo-saldo, berbagai daftar dan buku pembantunya.
·
Terapkan prosedur
analitikal
Lakukan
analisis adakah angka yang disajikan dalam neraca didukung oleh kebijaksanaan
yang dirumuskan oleh manajemen. Proses analisis ini dilakukan dengan membuat
perbandingan diantara berbagai elemen yang terkait dengan penyajian utang
jangka panjang. Analisis rasio yang digunakan antara lain :
a) Ratio utang jangka panjang terhadap aktiva
b) Biaya
bunga terhadap total utang jangka panjang
c) Biaya
bunga terhadap penghasilan bersih
·
Lakukan penelaahan
terhadap otorisasi beserta kontrak-kontraknya.
Proses
pengambilan keputusan merupakan bagian yang amat vital dalam setiap transaksi
sumber pendanaan perusahaan, oleh karenanya akan selalu melibatkan para
pengambil keputusan tertinggi dalam suatu perusahaan. Tekanan dalam program
audit ini antara lain :
a) Periksalah
persetujuan dari dewan komisaris perusahaan atas transaksi utang jangka panjang
tersebut.
b) Lakukan
analisis atas penilaian terhadap penyajian utang jangka panjang klien.
c) Auditor
perlu melakukan analisis, adakah penilaian serta alokasi atas utang obligasi
tersebut telah dilakukan dengan layak
·
Lakukan konfirmasi atas
utang jangka panjang
Proses
konfirmasi elemen utang jangka panjang dilakukan secara langsung dengan pemberi
pinjaman (lenders) atau bond trustee. Auditor perlu melakukan
pengecekan dari pihak ketiga yang independent baik melalui konfirmasi tertulis
maupun wawancara langsung mengenai eksistensi utang jangka panjang. Selain itu,
auditor dapat melakukan wawancara dengan penasehat hukum klien mengenai
pengeluaran surat obligasi.
·
Lakukan vouching
terhadap jurnal rekening utang jangka panjang.
Hal
ini harus ditelusuri apakah transaksi kas masuk terjadi benar-benar telah dicatat
dalam jurnal maupun buku-buku yang ada.oleh karena itu auditor harus melakukan
pengujian kembali atas transaksi yang mendukung pengeluaran obligasi.
·
Lakukan penghitungan
kembali terhadap biaya bunga
Auditor
harus memperhatikan perkembangan transaksi selama periode akuntansi yang
diaudit maupun sesudahnya. Langkah yang ditempuh antara lain :
a) Pengujian
terhadap kecermatan pekerjaan klerikal dengan melakukan analisis terhadap
proses transaksi utang jangka panjang
b) Lakukan
penghitungan kembali terhadap saldo utang jangka panjang yang timbul
c) Lakukan
analisis terhadap perlakuan angsuran utang jangka panjang yang segera akan
jatuh tempo
·
Bandingkan penyajiannya
dengan SAK yang berlaku
Auditor
harus melakukan penilaian atas pengungkapan utang jangka panjang dalam laporan
keuangan klien, apakah telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
c.
Kertas
kerja yang harus dibuat
- Kertas kerja utama
- Kertas kerja pendukung, yang terdiri dari :
a. Daftar
utang jangka panjang
b. Surat
surat konfirmasi
- Kertas kerja permanen
a. Anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan
b. Surat
perjanjian utang jangka panjang
c. Notulen
rapat direksi atau dewan komisaris
Contoh
:
2.
Audit Substansi terhadap Rekening Modal Saham
a. Audit
terhadap rekening modal pada perusahaan perseorangan (Firma)
Perusahaan perseorangan
(firma), pemilikan modalnya dimiliki oleh perseorangan ( seorang atau beberapa
orang saja). Dalam perusahaan semacam ini, setiap mutasi kekakyaan perusahaan
berpengaruh langsung pada rekening modal. Rekening modal dalam perusahaan
perseorangan, terdiri dari rekening Modal, dan rekening prive. Auditor harus
memperhatikan mutasi kekayaan perusahaan yang digunakan untuk kepentingan
individu pemilik perusahaan. Oleh karenanya, berapa besarnya rekening prive
yang telah diambil perusahaan merupakan cerminan kekayaan yang diambil/
digunakan oleh si pemilik. Dengan memperhatikan kondisi dan bdaya setempat,
proses audit terhadap rekening modal untuk perusahaan perserorangan diindonesia
justru sangat sulit, mengingat batas antara kekayaan pribadi dan kekayaan
perusahaan sangat kabur. Sebagai akibatnya auditor juga sulit untuk menilai,
manakah pengeluaran yang masuk kategori kepentingan pribadi si pemilik dan
manakah kepentingan perusahaan. Eksistensi rekening modal, sangat ditentukan
oleh kecermatan pencatatan transaksi perubahan modal. Dengan demikian derajat
kepercayaan terhadap kecermatan pekerjaan klerikal sangat dipengaruhi oleh
Sistem Pengendalian Intern dalam perusahaan tersebut. Jadi, Compliance Test
memegang peranan yang sangat fital.
b. Audit
terhadap rekening modal pada persekutuan
Perusahaan yang
berbentuk persekutuan modalnya dimiliki oleh lebih dari satu orang yang
berganung dalam sebuah perusahaan. Identitas kepemilikan masing-masing individu
dalam perusahaan persekutuan sangat menonjol. Oleh karenanya mutasi kekayaan
dalam perusahaan ini sangat dipengaruhi oleh partisipasi anggota sekutu
tersebut. Pengambilan dana ataupun setoran dari tiap sekutu akan mempengaruhi
secara langsung rekening modal. Setiap setoran dicatat langsung pada rekening
modal, tetapi setiap pengambilan dana oleh masing-masing sekutu dicatat
terlebih dahulu pada rekening prive. Meskipun pada akhirnya juga akan
mengurangi rekening modal. Sulitnya melakukan audit rekening modal pada
persekutuan disebabkan luwesnya perubahan perubahan yang terjadi dalm rekening
modal. Seperti halnya dalam audit terhadap perusahaan perseorangan, maka dalam
persekutuan juga sangat mengandalkan pada kecermatan pekerjaan klerikal.
Contoh penyajian
rekening modal dalam perusahaan persekutuan adalah sbb :
c. Audit
terhadap rekening modal pada perseroan
Bentuk perseroan
terdiri dari dua macam, yaitu perseroan terbuka dan perseroan tertutup.
Perseroan tertutup apabila pemilikan sahamnya bersifat terbatas saja. Untuk
perseroan yang dimiliki pemerintah maka bentuk badan hukumnya diberi nama
khusus misalnya Perjan, Perum, PN dan PT persero. Perseroan yang bersifat
terbuka apabila kepemilikan modalnya terbuka untuk semua pihak yang berminat.
Saham pada perseroan terbuka diedarkan melalui pasar modal. Struktur rekening
modal pada perseroan di Indonesia adalah sbb :
Pengungkapan yang
dipandang perlu disajikan dalam penjelasan tersebut. Secara lebih rinci
diungkapkan kapan perusahaan ini mulai go publik serta bagaimana perkembangan dari
kebijakan tersebut.
Agio saham dijelaskan
adanya nilai pasar saham yang saat itu sebesar Rp.1.850 perlembar saham. Dengan
demikian terdapat agio saham Rp.850 perlembar saham atau sebesar 850.000.000
ditambah adanya agio atas saham bonus sebesar 163.200.000 informasi ini
memberikan gambaran bagaimana kedudukan saham di bursa efek.
Jumlah laba yang
ditahan sebesar 3,8 milyard beasal dari laba operasi dalam tahun 1986 sebesar
Rp. 1.906.949.191 dan laba yang ditahan dari periode sebelumnya beserta mutasi
yang terjadi sepertti terlihat dalam laporan laba yang ditahan. Pada tahun
tersebut telah dibayarkan dividen kepada para pemegang saham sebesar Rp200
perlembar saham yang terdiri dari dividen interim sebesar Rp.90 dan dividen
final sebesar Ro.110. dengan demikian besarnya deviden untuk tahun 1986 adalah
Rp. 998.400.000
d. Audit
terhadap Modal Koperasi
Bentuk badan usaha
koperasi mempunyai karakter khusus, dalam penyajian rekening modalnya.
Kekhususan terlihat dari undang-undang no.12 tahun 1967 tentang koperasi. Garis
besarmodal koperasi terdiri dari :
a. Rekening
Iuran wajib
b. Simpanan
wajib
c. Simpanan
suka rela
Bentuk
proses audit untuk koperasi pada dasarnya sama dengan perusahaan lain pada
umumnya, namun mengingat adanya kekhasan dalam sistem permodalan dan ruang gerak
adktivitasnya diperlukan adanaya perlakuan yang bersifat khusus. Oleh karena
itu di Indonesia, dibentuk suatu badan yang mengurusi audit terhadap koperasi
yaitu koperasi jasa audit.
1.
Program audit yang
disarankan terhadap perusahaan yang berbadan hukum!
Penjawab : Silvia
Jawaban :
Program audit adalah
Audit program rencana kerja secara sistematis termasuk sasaran audit yang akan
dilaksanakan oleh auditor, digunakan sebagai petunjuk atau alat pengawasan atas
pekerjaan audit.
Program audit yang
disarankan yaitu :
a.
Lakukan Verifikasi
terhadap kecermatan saldo-saldo, berbagai daftar dan buku pembantunya
Langkah
audit ini dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan variable sampling
pencatatan dan penyajiannya. Pengujian dalam program ini bermaksud melakukan
penilaian terhadap asersi penilaian dan alokasi
b.
Terapkan prosedur
analitikal
Pengujian
yang dilakukan akan menghasilkan asersi eksistensi atau okurensi, kelengkapan
dan penilaian atau alokasi
c.
Lakukan penelaahan
terhadap anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan
Auditor
harus melakukan langkah langkah :
-
Lakukan veriikasi
apakah anggaran dasar perusahaan memberikan dasar bagi manajemen untuk
mengeluarkan berbagai jenis saham yang diedarkan manajemen
-
Wawancara kepada
manajemen kemungkinan perubahan perubahan yang substansial terhadap AD dan ART
perusahaan
d.
Lakukan penelahaan
terhadap otorisasi pengeluaran saham
Semua
pengeluaran saham harus didasarkan pada otorisasi dewan komisaris sebagai wakil
para pemegang saham. Otorisasi ini dibuktikan dengan notulen rapat dan
keputusan keputusan yang diakui keabsahannya. Keputusan penting yang mengikat
biasanya dicatat dan didokumentasikan melalui akta notariel
e.
Lakukan konfirmasi atas
saham yang beredar dipasar.
Konfirmasi
memberikan pembuktian terhadap asersi eksistensi atau okurensi, kelengkapan dan
hak-hak dan kewajiban.
f.
Lakukan inspeksi buku
sertifikat saham
Auditor
harus memperoleh keyakinan terhadap perubahan perubahanpemilikan saham selama
periode yang diaudit, serta harus yakin jumlah saham yang beredar ditambah
dengan sertifikat yang belum beredar jumlahnya cocok dengan yang dinyatakan
dalam anggaran dasar perusahaan
g.
Lakukan inspeksi
sertifikat saham yang berada ditangan bendaharawan perusahaan
Auditor
harus melakukan inspeksi fisik terhadap sertifikat saham yang masih belum
beredar dan cocokkan dengan saldo modal saham yang disajikan dalam neraca
h.
Lakukan Vouching jurnal
pada rekening utang modal saham
Setiap
kebijakan akan mempengaruhi posisi penguasaan saham dalam proses pengambilan
keputusan dalam perusahaan
i.
Lakukan vouching
terhadap laba yang ditahan
Langkah
yang harus ditempuh auditor adalah :
-
Lakukan penelusuran
kembali terhadap dokumen transaksi saham
-
Lakukan pengujian
apakah saldo utang dividen pada saat tanggal neraca merupakan kewajiban klien
yang layak
j.
Bandingkan penyajiannya
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku
Auditor
harus melakukan evaluasi apakah penyajian rekening modal saham dalam neraca
telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan
mengevaluasi apakah pengungkapannya lengkap.
Kertas Kerja
yang perlu dibuat
Kertas kerja yang
diperlukan adalah :
a) Kertas
kerja utama (lead shcedule)
b) Kertas
kerja pendukung yang terdiri dari :
a. Daftar
pemegang saham
b. Daftar
pembayaran deviden dan utang deviden
c. Surat-surat
konfirmasi
d. Analisis
terhadap harga pasar saham dibursa saham
c) Kertas
kerja permanen yang terdiri dari :
a. Anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan
b. Hasil
audit tahun lalu
c. Notulen
rapat direksi, rapat dewan komisaris, dan r.u pemegang saham
d. Surat
perjanjian penting lainnya
Contoh
kertas kerja modal saham :
terima kasih ka, bermanfaat sekalii, kalo boleh ka, itu kertas kerjanya gambarnya sudah crash gitu ka, jadi apa kaka masih ada? Saya mau lihat contohnya ka >,<
ReplyDelete